Jumat, 18 Desember 2009

CERPEN

Mbok Inah
Cerpen Elmas.Dienal Ha2 Adwijaya

Mbok Inah adalah pembantu rumah tangga kami. Kami sekeluarga sangat menyayanginya. Mbok inah sudah seperti saudara bagi kami karena dia sudah lebih dari dua puluh tahun tinggal bersama kami.bagi saya sendiri, mbok inah sudah seperti ibu, dilah yang mengurus saya sejak kecil. Selama ini, tidak ada masalah dengan mbok inah, sampai pada suatu waktu terjadilah sebuah peristiwa.
Mbok Inah menangis tersedu-sedu setelah aku pulang dari sekolah. Aku merasa kaget melihat hal itu.
“Mbok,kenapa nangis ada apa sich?” tanyaku.
Mbok Inah tidak menjawab. Dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tetap menangis tersedu-sedu.
“Mbok, apa sebenarnya yang terjadi ?” tanyaku kembali.
Mbok Inah berhenti sesaat. Di pandangnya wajahku dalam-dalam.
“enggak ada apa-apa, Den,” jawabnya perlahan-lahan.
Aku tak percaya. Tidak mungkin kalau tidak ada masalah, Mbok Inah akan menangis akan menangis. Selama ini, kami melihat Mbok Inah sebagai sosok yang periang,suka humor, bahkan penuh optimis. Selama bekerja pada keluarga kami, saya tak pernah mendengar Mbok Inah mengelu. Semua situasi dihadapinya dengan tabah.
“Akh, yang bener Mbok. Saya tahu benar Mbok. Bagi saya Mbok sudah seperti ibu. Oleh karena itu apa yang Mbok rasakan, dapat saya rasakan,” kataku sambil memeluk Mbok Inah.
Merasa dirinya dipeluk Mbok Inah bukanya diam.tangisanya makin menjadi. Dan tak terasa air mataku juga ikut meleleh.
“Mbok, ada apa? Katakan padaku!” kataku sambil merengek.
Mbok Inah berusaha menghentikan tangisannya.
“Eh… anu Den, Mbok akan berhenti bekerja. Mbok akan pulang kampong!”
Saat itu saya merasa terkejut seperti ada petir di siang bolong.
“Mbok, apa yang Mbok katakana? Mengapa Mbok pulang kampong? Mbok tidak betah lagi tinggal di rumah ini ?” tanyaku beruntun.
Sejenak Mbok Inah terdiam. Tapi akhirnya dia berkata juga,
“Mbok tidak enak, karena tadi pagi tuan dan nyonya bertengkar. Mereka bertengkar saat Aden sekolah. Katanya, nyonya kehilangan perhiasan. Nyonya menuduh tuan telah menjualnya untuk diberikan kepada teman selingkuhannya. Nyonya menuduh tuan. Sedangkan tuan tidak merasa mengambilnya,”
“Lalu apa hubungannya dengan Mbok Inah?” tanyaku tak mengerti.
Mbok Inah diam sejenak. Tiba-tiba air matanya kembali merembes melalui sela-sela mata.
“Anu, Den Mbok Inah yang mengambil perhiasan tersebut !”
Jawabnya terbata-bata.
Pengakuan Mbok Inah ini lebih mengejutkan lagi. Saya sama sekali tidak mempercayainya walaupun keluar dari mulut Mbok Inah. Selama ini, Mbok Inah orang yang sangat jujur. Mbok Inah tidak pernah melakukan kecurangan, apalagi mencuri. Mbok Inah sangat tekun beribadah.
“Berapa gram, Mbok ?”
“Lima gram ?”
“Hanya lima gram? Untuk apa Mbok melakukan semua itu ?”
Mbok Inah diam lagi. Kemudian dipandangnya wajahku dalam-dalam. Lalu merunduk kembali sambil berkata perlahan.
“Mbok melakukan untuk menolong si Inem, pembantu rumah sebelah. Kemarin Inem datang kesini. Inem menangis, kata dia sering disiksa oleh dunungannya,bahkan sering disulut oleh rook,dan bahkan disetrika. Dia mau kabur tapi dia tak punya uang. Dia minjem kepada Mbok, tapi tak ada,”
Mbok Inah diam sebentar. Lalu melanjutkan pembicaraannya.
“Karena kasihan, Mbok mencari uang ke laci kaca hias Nyonya. Tapi tak ada. Tiba-tiba Mbok melihat cincin Nyonya tergflak di atas meja. Tak piker panjang Mbok mengambilnya dan menyerahkannya kepada si Inem untuk dijual agar dia bisa pulang,”
Aku terenyuh mendengar kata-kata Mbok Inah. Ternyata Mbok Inah melakukan semuanya untuk menolong orang lain. Secara spontan aku memeluk kembali Mbok Inah kuat-kuat, lalu menciumnya. Mbok Inah tanpak heran.
“Mbok, ternyata Mbok berhati mulia. Aku bangga diasuh dan dibesarkan oleh Mbok. Jangan menyesali perbuatan yang sudah dilakukan, Aku punya tabungan Mbok,kita beli lagi cincin itu,ke took mana si Inem menjualnya ?”
“katanya ke toko Mustika !”
Aku dan Mbok Inah pergi ke toko Mustika, tak lama,cincin itu masih ada. Aku membelinya kembali. Mbok Inah terlihat gembira,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar